Mobil hybrid yaitu
menggunakan kombinasi dari motor listrik dan pembakaran di mesin, dengan
memaksimalkan kekuatan dari kedua sumber daya tersebut disamping saling mengisi
kekurangannya. Hasilnya adalah efisiensi konsumsi bahan bakar dengan performa
yang luar biasa.
Mobil hybrid akan
dikenakan bea masuk (BM) 0 persen dalam serangkaian perjanjian kemitraan
ekonomi antara Jepang dan Indonesia (economic partnership agreement/EPA). Jika
berjalan lancar, ketentuan ini akan dimasukan dalam evaluasi pertama IJ-EPA
lima tahun mendatang. Penggunaan
mobil hybrid tak hanya penting untuk mengehemat konsumsi bahan bakar fosil.
Mobil ini juga menjadi solusi kongkret dari pemanasan global. Sayang, harganya
masih tinggi sehingga banyak orang masih enggan membelinya.
Kondisi
ini pun berlaku di negara maju yang selama ini dianggap sebagai barometer
industri autumotif dunia. Sebut saja Amerika dan Jepang. Di kedua negara ini,
kecenderungan masyarakat untuk membeli mobil hybrid masih terbilang kecil jika
dibandingkan dengan penjualan mobil secara keseluruhan.
Di pasar Jepang sebagai rumah produsen mobil
hybrid, penjualannya justru lebih kecil lagi. Ini tak lain karena perbedaan
harga yang masih cukup jauh antara versi hybrid dan mesin konvensionalnya.
Misalnya model Civic hybrid yang dibanderol USD3.700 atau sekira Rp33,5 juta
lebih mahal dibanding versi mesin konevensionalnya. Jepang sendiri menargetkan
pengurangan emisi karbondioksida hingga 23,5 persen pada 2015.
Untuk merealisasikan agar teknologi mobil ramah
lingkungan ini memiliki harga terjangkau, produsen mobil Jepang terus berupaya
melakukan pengembangan teknologi. Pemerintah Jepang pun tak tinggal diam. Untuk
itu, pemerintah menyiapkan dana sebesar USD1,9 miliar atau sekira Rp17,2
triliun untuk sektor penelitian dan pengembangan mobil ramah lingkungan yang
digulirkan bertahap hingga 2012.
Dana tersebut tak hanya digunakan untuk teknologi
hybrid (semi listrik) terbaru, namun juga bio feul, hydrogen, listrik, dan
lainnya. Dari total dana penelitian yang diberikan, sebanyak 32 miliar yen atau
sekira Rp2,6 triliun dihabiskan untuk mobil hydrogen feul cell. Mobil listrik
dan liquid petroleum gas (LPG), masing-masing menghabiskan dana sebesar Rp2,1
triliun dan Rp2 triliun. (ton)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar